Laporan Pendahuluan PTG ( Penyakit Tropoblast Gestasional )
A.
Anatomi dan Fisiologi Sistem
Reproduksi
a.
Fungsi organ
reproduksi wanita
1.
Memproduksi
sejumlah kecil ovum yaitu sel telur matur.
2.
Menyediakan
tempat yang sesuai untuk fertilisasi ovum oleh spermatozoon.
3.
Menyediakan lingkungan yang cocok sehingga
embrio mendapatkan nutrisi dan dapat berkembang serta matur.
b. Genetalia
Eksterna (bagian luar)
Meliputi semua organ-organ yang terletak antara os
pubis, ramus inferior dan perineum. Antara lain:
1. Mons veneris / mons pubis (daerah tumbuhnya rambut)
Merupakan bagian yang menonjol (bantalan) berisi
jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat yang terletak di atas shympisis
pubis. Setelah pubertas kulit dari mons veneris tertutup oleh rambut-rambut. Mons veneris berfungsi untuk
melindungi alat genetalia dari masuknya kotoran selain itu untuk estetika.
2. Labia Mayora
(bibir besar)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk
lonjong dan menonjol, berasal dari mons veneris dan berjalan ke bawah dan
belakang. Kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk perineum (pemisah anus dengan vulva). Permukaan ini terdiri dari :
·
Bagian luar : tertutup rambut, yang merupakan
kelanjutan dari rambut pada mons
veneris.
·
Bagian dalam : tanpa
rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak) Berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia di dalamnya dan
mengeluarkan cairan pelumas pada saat menerima rangsangan.
3.
Labia Minora atau Nimfae (bibir kecil)
Merupakan lipatan di bagian dalam bibir besar, tanpa
rambut. Dibagian atas klitoris, bibir kecil bertemu membentuk prepusium
klitoridis dan di bagian bawahnya bertemu membentuk frenulum klitoridis. Bibir
kecil ini mengelilingi orifisium vagina.
4.
Clitoris (kelentit/ jaringan yang berisi saraf)
Merupakan sebuah jaringan erektil kecil yang serupa dengan penis laki-laki. Mengandung
banyak urat-urat syaraf sensoris dan pembuluh-pembuluh darah sehingga sangat
peka. Letaknya anterior dalam vestibula. Berfungsi untuk menutupi orga-organ genetalia di dalamnya serta merupakan
daerah erotik yang mengandung pambuluh darah dan syaraf.
5.
Vestibulum (muara
vagina)
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi
oleh kedua bibir kecil, bagian atas klitoris, bagian belakang (bawah) pertemuan
kedua bibir kecil. Pada vestibulum terdapat muara uretra, dua lubang saluran
kelenjar Bartholini, dua lubang saluran Skene. Berfungsi untuk mengeluarkan cairan yang berguna untuk melumasi vagina
pada saat bersenggama.
6.
Kelenjar Bartholini (kelenjar lendir)
Merupakan kelenjar terpenting di daerah vulva dan
vagina karena dapat mengeluarkan lendir. Pengeluaran lendir meningkat saat
hubungan seks, dan salurannya keluar antara himen dan labia minora.
7.
Hymen (selaput
dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina,
bersifat rapuh dan mudah robek. Himen ini berlubang sehingga menjadi saluran
dari lendir yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi. Bila himen
tertutup seluruhnya disebut hymen imperforata dan menimbulkan gejala klinik
setelah mendapat menstruasi.
8.
Lubang kencing (orifisium uretra externa)
Tempat keluarnya air kencing yang terletak dibawah
klitoris. Fungsinya sebagai saluran untuk keluarnya air kencing.
9.
Perineum (jarak
vulva dan anus)
Terletak diantara vulva dan anus, panjangnya kurang
lebih 4cm.Terdapat otot-otot yang penting yaitu sfingter anus eksterna dan interna serta dipersyarafi
oleh saraf pudendus dan
cabang-cabangnya.
c.
Genetalia Interna (bagian dalam)
1.
Vagina (liang senggama)
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang
menghubungkan uterus dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan
dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat
dikendalikan. Vagina terletak di antara kandung kemih dan rektum. Panjang
bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm. Pada
dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebur rugae dan terutama di
bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina, menonjol serviks bagian dari uterus.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut porsio. Porsio uteri
membagi puncak vagina menjadi forniks anterior (depan), forniks posterior
(belakang),forniks dekstra (kanan), forniks sinistra (kiri). Sel dinding vagina
mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman
vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina adalah:
·
sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat
mengalirkan darah pada waktu haid dan sekret dari uterus.
·
sebagai alat persetubuhan.
·
sebagai jalan lahir pada waktu partus.
2.
Uterus (rahim)
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk
buah pir, terletak di dalam pelvis (panggul), antara rektum di belakang dan
kandung kencing di depan. Berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan. Bentuknya seperti buah
alpukat dengan berat normal 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim
kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Diding rahim terdiri dari 3 lapisan
:
·
Peritoneum
Yang meliputi dinding uterus bagian luar, dan
merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat
saraf. Bagian ini meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen (perut).
·
Myometrium
Merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri dari otot
polos yang disusun sedemikian rupa hingga dapat mendorong isinya keluar saat
proses persalinan.Diantara serabut-serabut otot terdapat pembuluh darah,
pembulh lymfe dan urat syaraf.
·
Endometrium
Merupakan lapisan terdalam dari uterus yang akan
menebal untuk mempersiapkan jika terjadi pembuahan. Tebalnya sususnannya dan
faalnya berubah secara siklis karena dipengaruhi hormon-hormon ovarium. Dalam
kehamilan endometrium berubah menjadi decidua.
Fungsi uterus yaitu untuk menahan ovum yang telah di
buahi selama perkembangan. Sebutir ovum,
sesudah keluar dari ovarium, diantarkan melalui tuba uterina ke uterus.
(pembuahan ovum secara normal terjadi di dalam tuba uterina). Endometrium
disiapkan untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan ovum itu sekarang
tertanam di dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara normal berlangsung selama kira-kira
40 minggu, uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis, tetapi lebih kuat
dan membesar sampai keluar pelvis masuk ke dalam rongga abdomen pada masa
pertumbuhan fetus.
Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan
mulai, uterus berkontraksi secara ritmis dan mendorong bayi dan plasenta keluar
kemudian kembali ke ukuran normalnya melalui proses yang dikenal sebagai involusi.
3.
Tuba Uterina (saluran telur)
Tuba uterina atau
saluran telur, terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan ke arah
lateral, mulai dari ostium tuba internum pada dinding rahim.Tuba fallopi
merupakan tubulo muskular, dengan panjang sekitar 12 cm dan diametrnya 3 dan 8
mm. Tuba fallopi terbagi menjadi 4 bagian:
·
Pars interstitialis (intramularis), terletak di antara
otot rahim, mulai dari ostium internum tuba.
·
Pars isthmika tuba, bagian tuba yang berada di luar
uterus dan merupakan bagian yang paling sempit.
·
Pars ampularis tuba, bagian tuba yang paling luas dan
berbentuk S
·
Pars infundibulo tuba, bagian akhir tubae yang memiliki
umbai yang disebut fimbriae tuba.
Fungsi tuba fallopi sangat penting, yaitu untuk
menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa
ovum dan hasil konsepsi,tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan
perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula, yang siap
mengadakan implantasi.
4.
Ovarium (indung
telur)
Ovarium adalah kelenjar berbentuk buah kenari,
terletak di kanan dan kiri uterus, di bawah tuba uterina, dan terikat di
sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri. Ovarium berisi sejumlah besar
ovum belum matang, yang disebut oosit primer. Setiap oosit dikelilingi
sekelompok sel folikel pemberi makanan. Pada setiap siklus haid sebuah dari
ovum primitif ini mulai mematang dan kemudian cepat berkembang menjadi folikel
ovari yang vesikuler (folikel Graaf).
Sewaktu folikel Graff berkembang, perubahan terjadi di
dalam sel-sel ini, dan cairan likuor folikuli memisahkan sel-sel dari membran
granulosa menjadi beberapa lapis. Pada tahap inilah dikeluarkan hormon
estrogen. Pada masa folikel Graff mendekati pengembangan penuh atau pematangan,
letaknya dekat permukaan ovarium, dan menjadi makin mekar karena cairan,
sehingga membenjol, seperti pembengkakan yang menyerupai kista pada permukaan
ovarium. Tekanan dari dalam folikel menyebabkannya sobek dan cairan serta ovum
lepas melalui rongga peritoneal masuk ke dalam lubang yang berbentuk corong
dari tuba uterina. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum
dilepaskan dan dikeluarkan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus
menstruasi.
d.
Hormone-hormone
yang mempengaruhi organ reproduksi
1.
Gonadotropin
Bertanggung jawab untuk pembentukan hormon progesteron
dan estrogen
2.
Estrogen
Dihasilkan oleh ovarium. Fungsinya pembentukan
ciri-ciri perkembangan seksual wanita, yaitu pemmbentukan payudara, lekuk
tubuh, dan rambut kemaluan.
3.
Progesteron
Mempersiapkan tubuh untuk menerima kehamilan
4.
FSH (folikel stimulating hormon
Berfungsi dalam pengeluaran ovum
5.
LH (luteinizing hormon)
Merupakan pencetus terjadinya ovulasi atau masa subur
6.
Androgen adrenal
Merangsang kelenjar keringat berlebihan yang
menyebabkan munculnya jerawat.
B. Definisi
Penyakit
Trofoblas ganas adalah penyakit yang sering timbul setelah mengalami kehamilan
anggur. Diperkirakan kurang lebih 23 % kehamilan anggur akan berubah menjadi
penyakit Trofoblas ganas yang dapat mengakibatkan kematian.
Kehamilan
anggur adalah kehamilan abnormal dimana tidak terbentuk janin. Yang terjadi
adalah kelainan ari-ari (plasenta) dan terbentuk gelembung-gelembung yang
menyerupai buah anggur (gelembung mola).
PTG (Penyakit Tropoblast Gestasional): kegansan yg meliputi mola invasive
& koriokarsinoma
Diagnosa: berdasarkan data klinik dgn/tanpa histology. Pemeriksaan
histology sering tdk memngkinkan karena pada/usia muda yg masih perlu
organ reproduksi, penyakit tropoblas yg punya tendensi neoplastik, termasuk:
·
mikroinvasif,
chorio Ca, placenta site tropoblastic tumor
·
80%
molahidatidosaremisi pasca evakuasi
·
20%PTG
Dikatakan Klinis PTG, Jika:
·
Kadar hCG yg
me↑ 2 mgg/>
·
Kadar hCG yg
menetap 3 mgg/>
·
Kadar hCG di
atas N s/d 14 mgg setelah evakuasi
·
Uterus >
N dgn kadar hCG > N
·
Pendarahan
dari uterus dgn kadar hCG > N
·
Dijumpai
lesi metastasis dgn kadar hCG > N
C. Etiologi
Kanker ini berasal dari salah satu
komponen uri atau plasenta maka salah satu cirri khusus kanser ini adalah ia
boleh menghasilkan hormone HCG (Human Chorionic Gonadotrophin”) yang sangat
tinggi malah lebih tinggi dari pada wanita-wanita yang hamil.
Kejadian dipengaruhi oleh : Sebagian besar dari pasien mola
akan segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada
sekelompok wanita yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi
koriokarsinoma.
·
status sosial ekonomi
·
Umur
·
Gizi
·
consanguinitas (perkawinan antar
keluarga)
D. Manifestasi
Klinis
Gejala yang paling banyak ditemukan
adalah adanya perdarahan ireguler yang berhubungan dengan subinvolusi uterine.
Perdarahan bisa intermitent atau terus berlanjut, dan tiba – tiba. Kadang –
kadang perdarahannya bersifat masif. Perforasi uterin disebabkan karena adanya
pertumbuhan invasif trofoblast sehingga menyebabkan perdarahan intraperitoneal.
Pada beberapa kasus, wanita disertai engan adanya metastasis di vagina atau
vulva. 5 Perdarahan yang tidak teratur setelah berakhirnya suatu kehamilan dan
dimana terdapat subinvolosio uteri juga perdarahan dapat terus menerus atau
intermiten dengan perdarahan mendadak dan terkadang masif.
Pada pemeriksaan ginekologi ditemukan
uterus membesar dan lunak. Kista tekalutein bilateral. Lesi metastasis di
vagina dan organ lain. Perdarahan karena perforasi uterus atau lesi metastasis
ditandai dengan: nyeri perut, batuk darah, melena, dan peningkatan tekanan
intrakranial berupa sakit kepala, kejang, dan hemiplegia. Kadar β hCG paska
mola setelah menurun, tidak menurun malahan dapat meningkat lagi atau titer β
hCG yang meninggi setelah terminasi kehamilan, mola atau abortus. Pemeriksaan
foto thorax dapat ditemukan adanya lesi yang metastasis.5 Pada sediaan
histopatologis dapat ditemukan villus namun demikian dengan tidak
memperlihatkan gambaran patologik tidak dapat menyingkarkan suatu keganasan.
E. Klasifikasi
Penyakit
trofoblas ganas dibedakan atas 2, yaitu:
1.
Penyakit trofoblas ganas non-metastatik
a.
Mola invasif (korioadenoma destruens)
Ditemukan sekitar 15% sesudah
pengeluaran mola dan lebih rendah pada pasca kehamilan normal. Gejala-gejala
klinis yang dapat ditemukan ialah:
·
Perdarahan vaginal yang tidak teratur
·
Adanya kista teka lutein
·
Subinvolusi uterus atau pembesaran
asimetris
·
Sel-sel tumor trofoblas dapat
menyebabkan perforasi miometrium sehingga terjadi perdarahan intraperitoneal
·
Infeksi tumor yang nekrosis dapat
menyebabkan sekret purulen dan nyeri pelvis akut
b.
Placental site trophoblastic tumor
PSTT merupakan tumor yang jarang
yang berasal dari implantasi plasenta. Sel yang berasal dari tumor tersebut
menginvasi miometrium dan tumbuh di antara sel otot polos dan kemudian
menginvasi miometrium dan pembuluh darah. Gambaran histologinya adalah tidak
adanya vili dan proliferasi sitotrofoblas. Gejala yang paling serin gmuncul
adalah perdarahan. PSTT tidak sensitif terhadap pemberian kemoterapi, tetapi
untungnya jarang metastasis keluar uterus. Oleh karena itu histerektomi adalah
pilihan terapi untuk PSTT.
2.
Penyakit trofoblas ganas metastatik
Pada pembagian lain secara klinis PTG di bagi 2, yaitu:
1.
PTG terdapat hanya dalam uterus invasif
mola
Adalah
tumor atau suatu proses seperti tumor yang menginvasi miometrium dengan
hiperplasia trofoblas disertai struktur vili yang menetap. Terminologi lain
untuk keadaan ini yang tidak lagi dipakai ialah malignant mola, mola detruens,
korio adenoma detruens.
2.
PTG meluas keluar uterus koriokarsinoma
a.
Gestasional koriokarsinoma adalah
karsinoma yang terjadi dari sel-sel trofoblas dengan melibatkan sitotrofoblas
dan sinsiotrofoblas. Hal ini biasa terjadi dari hasil konsepsi yang berakhir
dengan lahir hidup, lahir mati (still birth), abortus, kehamilan ektopik,
molahidatidosa atau mungkin juga oleh sebab yang tidak diketahui.
b.
Non gestasional koriokarsinoma adalah
suatu tumor ganas trofoblas yang terjadi tanpa didahului oleh suatu
fertilisasi, tetapi berasal dari germ sel ovarium. Brewer mengatakan bahwa non
gestasional koriokarsinoma juga dapat merupakan bagian teratoma. Oleh
International Union Against cancer (IUCR) diadakan klasifikasi sederhana dari
penyakit trofoblas, yang mempunyai keuntungan bahwa angka yang diperoleh dari
berbagai negara di dunia dapat dibandingkan.
Stadium
Penyakit Trofoblast Ganas menurut The International Federation of Gynecology
and Obstetric (FIGO) yaitu :(Staging Booklet)
a.
Stadium I Tumor trofoblastik gestasional
terbatas pada korpus uteri
b.
Stadium II Tumor trofoblastik gestasional
meluas ke adneksa atau vagina, namun terbatas pada struktur genitalia.
c.
Stadium III Tumor trofoblastik
gestasional bermetastasis ke paru, dengan atau tanpa metastasis di genitalia
interna.
d.
Stadium IV Bermetastasis ke tempat lain
F. Patofisiologi
Bentuk tumor trofoblas yang sangat ganas ini dapat
dianggap sebagai suatu karsinoma dari epitel korion, walaupun perilaku
pertumbuhan dan metastasisnya mirip dengan sarkoma. Faktor-faktor yang berperan
dalam transformasi keganasan korion tidak diketahui. Pada koriokarsinoma,
kecenderungan trofoblas normal untuk tumbuh secara invasif dan menyebabkan
erosi pembuluh darah sangatlah besar. Apabila mengenai endometrium, akan
terjadi perdarahan, kerontokan dan infeksi permukaan. Masa jaringan yang
terbenam di miometrium dapat meluas keluar , muncul di uterus sebagai
nodul-nodul gelap irreguler yang akhirnya menembus peritoneum. Gambaran diagnostik yang penting
pada koriokarsinoma, berbeda dengan mola hidatidosa atau mola invasif adalah
tidak adanya pola vilus.
Baik unsur sitotrofoblas maupun sinsitium terlibat,
walaupun salah satunya mungkin predominan. Dijumpai anplasia sel, sering
mencolok, tetapi kurang bermanfaat sebagai kriteria diagnostik pada keganasan
trofoblas dibandingkan dengan pada tumor lain. Pada pemeriksaan hasil kuretase
uterus, kesulitan evaluasi sitologis adalah salah satu faktor penyebab
kesalahan diagnosis koriokarsinoma. Sel-sel trofoblas normal di tempat plasenta
secara salah di diagnosis sebagai koriokarsinoma. Metastasis sering berlangsung
dini dan umumnya hematogen karena afinitas trofoblas terhadap pembuluh darah.
Koriokarsinoma dapat terjadi setelah mola hidatidosa, abortus, kehamilan ektopik atau kehamilan normal . tanda tersering, walaupun tidak selalu ada, adalah perdarahan irreguler setelah masa nifas dini disertai subinvolusi uterus. Perdarahan dapat kontinyu atau intermitten, dengan perdarahan mendadak dan kadang-kadang masif. Perforasi uterus akibat pertumbuhan tumor dapat menyebabkan perdarahan intraperitonium. Pada banyak kasus, tanda pertama mungkin adalah lesi metatatik. Mungkin ditemukan tumor vagina atau vulva. Wanita yang bersangkutan mungkin mengeluh batuk dan sputum berdarah akibat metastasis di paru.
Koriokarsinoma dapat terjadi setelah mola hidatidosa, abortus, kehamilan ektopik atau kehamilan normal . tanda tersering, walaupun tidak selalu ada, adalah perdarahan irreguler setelah masa nifas dini disertai subinvolusi uterus. Perdarahan dapat kontinyu atau intermitten, dengan perdarahan mendadak dan kadang-kadang masif. Perforasi uterus akibat pertumbuhan tumor dapat menyebabkan perdarahan intraperitonium. Pada banyak kasus, tanda pertama mungkin adalah lesi metatatik. Mungkin ditemukan tumor vagina atau vulva. Wanita yang bersangkutan mungkin mengeluh batuk dan sputum berdarah akibat metastasis di paru.
Pada beberapa kasus, di uterus atau pelvis tidak
mungkin dijumpai koriokarsinoma karena lesi aslinya telah lenyap, dan yang
tersisa hanya metastasis jauh yang tumbuh aktif. Apabila tidak di terapi,
koriokarsinoma akan berkembang cepat dan pada mayoritas kasus pasien biasanya
akan meninggal dalam beberapa bulan. Kausa kematian tersering adalah perdarahan
di berbagai lokasi. Pasien di golongkan beresiko tinggi jiika penyakit lebih
dari 4 bulan, kadar gonadotropin serum lebih dari 40.000 mIU/ml, metastasis ke
otak atau hati, tumor timbul setelah kehamilan aterm, atau riwayat kegagalan kemoterapi,
namun menghasil kananagka kesembuhan tertinggi dengan kemoterapi kombinasi
yaitu menggunakan etoposid, metotreksat, aktinomisin, siklofosfamid, dan
vinkristin
G. Pemeriksaan
Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang yaitu USG
didapatkan adanya gambaran echo difuse typical. Dan pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan adanya peningkatan kadar B-HCG.
Prosedur diagnosis untuk menentukan
stadium dari PTG dimulai dengan pemeriksaan serum β-HCG dan foto thoraks untuk
mendeteksi adanya metastasis ke paru– paru. Jika foto thoraks normal, maka
diagnosis tumor non metastasis dapat dibuat. Jika ada metastasis di paru –
paru, maka CT scan kepala dan abdomen dapat dianjurkan. Jika ada perdarahan
gastrointestinal maka pemeriksaan endoskopi untuk saluran GIT atas dan bawah
diindikasikan. Pemeriksaan arteriogram juga bermanfaat. Jika ada hematuri,
pemeriksaan IVP dan sistoskopi dapat dilakukan.
1.
Uji Sonde
Sonde
(penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis
servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan sonde diputar setelah
ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola atau
koriokarsinoma.
2.
Foto rontgen abdomen
Tidak
terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3-4 bulan)
3.
Ultrasonografi
Khusus pada
mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak terlihat janin (merupakan
diagnosa pasti), waspadai juga koriokarsinoma.
4.
Data Klinik Pemeriksaan Diagnostik
·
Perdarahan dalam separo pertama kehamilan
·
Nyeri perut bagian bawah
·
Toksemia sebelum 24 minggu kehamilan
·
Hiperemesis gravidarum
·
Rahim terlalu besar untuk tanggalnya
·
Tanda tonus jantung janin dan bagian janin
·
Keluarnya vesikel
H. Penatalaksanaan
Prinsip
dasar penanganan penyakit trofoblas ganas adalah kemoterapi dan operasi.
Indikasi kemoterapi yaitu:
1.
Meningkatnya β hCG setelah evakuasi
2.
Titer β hCG sangat tinggi setelah
evakuasi
3.
β hCG tidak turun selama 4 bulan setelah
evakuasi
4.
Meningginya β hCG setelah 6 bulan
setelah evakuasi atau turun tetapi lambat
5.
Metastasis ke paru-paru, vulva, vagina
kecuali kalau β hCGnya turun
6.
Metastasis ke bagian organ lainnya
(hepar, otak)
7.
Perdarahan vaginal yang berat atau
adanya perdarahan gastrointestinal
8.
Gambaran histologi koriokarsinoma
9.
Operatif merupakan tindakan utama dalam
penanganan dini PTG, walaupun tumor sudah lama bila masih terlokalisir di
uterus tindakan histerektomi baik dilakukan. Pasien-pasien dengan perdarahan
pervaginam yang terus menerus, setelah abortus, mola, dan persalinan yang
normal dengan uterus sebesar kehamilan ≤ 12 minggu dan tidak ruptur operasinya
diutamakan histerektomi. Bila penyakit telah meluas maka histerektomi dilakukan
hanya atas dasar perdarahan dari uterus yang hebat atau resisten terhadap
kemoterapi. Bila tergolong risiko rendah, maka diberikan kemoterapi tunggal,
sedangkan risiko tinggi diberikan kemoterapi kombinasi.
10. Penanganan
yang non metastase diberikan kemoterapi tunggal dengan pemberian metotreksat 30
mg/m2 intramuscular setiap minggu. Dapat juga dilakukan histerektomi bila masih
ingin hamil.4
11. Dikatakan
risiko rendah bila pada sistem prognosis WHO nilai skornya < 7. Risiko
rendah ditangani dengan pemberian kemoterapi tunggal yaitu pemberian
metotreksat. Bila terdapat resistensi terhadap kemoterapi dosis tunggal, maka
kemoterapi kombinasi sebaiknya diberikan. Histerektomi mungkin bermanfaat untuk
mengeluarkan fokus penyakit yang resistensi dalam uterus.
12. Kemoterapi
tunggal diberikan pada kasus non metastasis atau keganasan risiko rendah.
Metotreksat maupun obat lainnya dapat melawan tumor ganas terutama Actinomycyin
-D diberikan secara kuratif. Metotreksat yang digunakan dengan hasil yang baik
ketika diberikan secara oral, infus IV maupun melalui pemberian secara injeksi
intramuskular. Actinomycin-D dosis tunggal juga mempunyai efektivitas yang
tinggi pada wanita dengan non metastasis. Pada beberapa kasus, misalnya
disertai dengan metastasis ke otak, kemoterapi diberikan bersama radioterapi.
13. Risiko
tinggi bila nilai skor > 7 dan diberikan kemoterapi kombinasi yaitu EMA-CO
(Etoposide, metotreksat, vincristin dan siklopospamid) atau dapat diberikan MAC
(metotreksat, dactinomicin dan cytoxan atau klorambucil).
14. Terapi:
Terapi
pilihan ialah dengan pemberian methotrexate sebanyak 0,4 mg/kg/hari seluma 5
hari yanq dapat dibenkan intravsnose, intra-muskuler atau oral. Pada umumnya
diberi 15 - 25 mg sehari.
Kuur
ini diulang-ulang dengan antara 14 hari sampai gonadctropin dalcun urine
menjudi normal : kadang kadang baru setelah 6 kuur.
Setelah
reaksi negatip diberi satu kuur tambahan. Juga dapat di-berikan actinomycin D
sebanyak 7 - 11 microgram/kg/hari intravenosa selama 5 hari. Kuur diulangi
setelah 5 hari
I.
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk
mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan
kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a.
Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang
meliputi; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
b.
Keluhan utama: kaji adanya menstruasi tidak lancar dan
adanya perdarahan pervaginam berulang.
c.
Riwayat kesehatan, yang terdiri atas:
·
Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat
klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan
pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
·
Riwayat kesehatan masa lalu: kaji adanya kehamilan
molahidatidosa sebelumnya, apa tindakan yang dilakukan, kondisi klien pada saat
itu.
·
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang
pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana
tindakan tersebut berlangsung.
d.
Riwayat penyakit yang pernah dialami: kaji adanya
penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi,
masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
e.
Riwayat kesehatan keluarga: yang dapat dikaji melalui
genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit
turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
f.
Riwayat kesehatan reproduksi: kaji tentang menorhoe,
siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya
dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluhan yang
menyertainya.
g.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: kaji
bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
h.
Riwayat seksual: kaji mengenai aktivitas seksual
klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluhan yang menyertainya.
i.
Riwayat pemakaian obat: kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
j.
Pola aktivitas sehari-hari: kaji mengenai nutrisi,
cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene,
ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
k.
Pemeriksaan Fisik:
·
Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
·
Hal yang diinspeksi antara lain :
ü Mengobservasi
kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase,
ü Pola
pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,
ü Bahasa
tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan
fifik, dan seterusnya.
·
Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar
tubuh dengan jari.
ü Sentuhan:
merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur
kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
ü Tekanan:
menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau
mencubit kulit untuk mengamati turgor.
ü Pemeriksaan
dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal.
·
Perkusi
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
ü Menggunakan
jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya
cairan , massa atau konsolidasi.
ü Menggunakan
palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki
bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau
tidak.
·
Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk
tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau
denyut jantung janin(Johnson & Taylor, 2005 : 39).
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Nyeri berhubungan
denganterputusnyakontinuitasjaringan.
b.
Intoleransi aktivitasberhubungandengankelemahan.
c.
Gangguan pola tidur berhubungandenganadanyanyeri.
d.
Gangguan rasa nyaman: hipertermi berhubungandengan
proses infeksi.
e.
Kecemasan berhubungan denganperubahan status
kesehatan.
3.
Intervensi
a. Diagnosa I: Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan
Tujuan : Klien akanmeninjukkannyeriberkurang/hilang.
Tujuan : Klien akanmeninjukkannyeriberkurang/hilang.
Kriteria hasil :
·
Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang,
·
Ekspresi wajah tenang,
·
TTV dalam batas normal.
Intervensi:
1.
Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang
dirasakan klien.
Rasional: mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan
sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat.
2.
Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam.
Rasional: perubahan tanda-tanda vital terutama suhu
dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.
3.
Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi.
Rasional: teknik relaksasi dapat membuat klien merasa
sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri
sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan.
4.
Beri posisi yang nyaman.
Rasional: posisi yang nyaman dapat menghindarkan
penekanan pada area luka/nyeri.
5.
Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional: obat-obatan analgetik akan memblok reseptor
nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan.
b.
Diagnosa II: intoleran aktivitas berhubungan dengan
kelemahan.
Tujuan:klien akan
menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri.
Kriteriahasil:
Kriteriahasil:
·
Kebutuhan personal hygiene terpenuhi,
·
Klien nampak rapi dan bersih.
Intervensi:
1.
Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri.
Rasional: untuk mengetahui tingkat
kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien
dalam memenuhi kebutuhan hygienenya.
2.
Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Rasional: kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa
membuat klien ketergantungan pada perawat.
3.
Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai
kemampuannya.
Rasional: pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional: pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya.
4.
Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat
klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien.
Rasional: membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak
terpenuhi secara mandiri.
c.
Diagnosa III: gangguan
pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.
Tujuan:klien akan mengungkapkan
pola tidurnya tidak terganggu.
Kriteria
hasil:
·
Klien dapat tidur 7-8 jam per hari,
·
Konjungtiva tidak anemis.
Intervensi:
1.
Kaji pola tidur.
Rasional: dengan mengetahui pola tidur klien,
akanmemudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya.
2.
Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional: memberikan kesempatan pada klien untuk
beristirahat.
3.
Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur.
Rasional: susu mengandung protein yang tinggi sehingga
dapat merangsang untuk tidur.
4.
Batasi jumlah penjaga klien.
Rasional: dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi
maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat.
5.
Memberlakukan jam besuk.
Rasional: memberikan kesempatan pada klien untuk
beristirahat.
6.
Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur
Diazepam.
Rasional: Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot
sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur.
d.
Diagnosa IV: gangguan rasa nyaman: hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan:klien akan
menunjukkan tidak terjadi panas.
Kriteria
hasil:
·
Tanda-tanda vital dalam batas normal,
·
Klien tidak mengalami komplikasi.
Intervensi :
1.
Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaphoresis.
Rasional: suhu diatas normal menunjukkan terjadinya
proses infeksi, pola demam dapat membantu diagnosa.
2.
Pantau suhu lingkungan.
Rasional: suhu ruangan harus diubah atau
dipertahankan, suhu harus mendekati normal.
3.
Anjurkan
untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak.
Rasional: minum banyak dapat membantu menurunkan
demam.
4.
Berikan kompres hangat.
Rasional: kompres hangat dapat membantu penyerapan
panas sehingga dapat menurunkan suhu tubuh.
5.
Kolaborasi
pemberian obat antipiretik.
Rasional: digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi
pada hipothalamus.
e. Diagnosa V:
kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan:klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang.
Tujuan:klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang.
Kriteria hasil:
·
Ekspresi wajah tenang,
·
Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya.
Intervensi:
1.
Kaji tingkat kecemasan klien.
Rasional: mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut
mengganggu klien.
2.
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
Rasional: ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan.
Rasional: ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan.
3.
Mendengarkan
keluhan klien dengan empati.
Rasional: dengan mendengarkan keluahan klien secara
empati maka klien akan merasa diperhatikan.
4.
Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi
yang diberikan.
Rasional: menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya.
Rasional: menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya.
5.
Beri dorongan spiritual/support.
Rasional: menciptakan ketenangan batin sehingga
kecemasan dapat berkurang
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn
E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC : Jakarta.
Manjoer , Arif, et al .2002. Kapita
Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta:
Media Aesculapius
Media Aesculapius
Yulius
Nuryani .
2012. Asuhan keperawatan olahidatidosa. http://perawatyulius.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-molahidatidosa.html. diakses pada tanggal 29 juni 2015 pukul 04.00 WIB