Minggu, 13 Maret 2016

DHF



Laporan Pendahuluan
DHF ( Dengue haemorhagic fever )

A.      Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Resti, 2014)
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (PADILA, 2012)

B.       Etiologi
Virus dongue serotype 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain.
(Smeltzer & Suzanne, 2001)

C.      Klasifikasi
Klasifikasi DHF berdasarkan kriteria menurut WHO yaitu :
1.      Derajat I ( ringan )
Demam mendadak dan sampai 7 hari di sertai dengan adanya gejala yang tidak khas dan uji turniquet (+).
2.      Derajat II ( sedang )
Lebih berat dari derajat I oleh karena di temukan pendarahan spontan pada kulit misal di temukan adanya petekie, ekimosis,  pendarahan,
3.      Derajat III ( berat )
Adanya gagal sirkulasi di tandai dengan laju cepat lembut kulit dngin gelisah tensi menurun manifestasi pendarahan lebih berat( epistaksis, melena)
4.      Derajat IV ( DIC )
Gagal sirkulasi yang berat pasien mengalami syok berat tensi nadi tak teraba.
(Smeltzer & Suzanne, 2001)

D.      Patofisiologi
Virus dongue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali member gejala DF. Pasien akan mengalami gejala viremia, sakit kepala, mual, nyei otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorokkan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pasa RES seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limfa. Reaksi yang berbeda Nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu timbullah the secondary heterologous infection atau sequential infection of hypothesis. Re- infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody) yang tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai berikut:

  1. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang berakibat dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.
  2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan dimusnahkan oleh system retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan vasokoaktif (histamine dan serotonin) yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit factor III yang merangsang koagulasi intravascular.
  3.  Terjadinya aktivasi factor hegamen (factor XII) dengan akibat kahir terjadinya pembentukan plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation product. Disamping itu aktivasi akan merangsang system kinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dindin pembuluh darah.

(PADILA, 2012)

E.       Manifestasi klinis
Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan criteria diagnosa klinis dan laboratories. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan diagnose klinis dan laboratories:
a.       Diagnose klinis
·           Demam tinggi 2 sampai 7 hari (38-40̊ C)
·           Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif, petekie (bintik merah pada kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam kulit), ekimosis, perdarahan konjungtiva (perdarahan pada mata), epitaksis (perdarahan hidung), perdarahan gusi, hematemesis (muntah darah), melena (BAB darah) dan hematusi (adanya darah dalam urin).
·           Perdarahan pada hidung
·           Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah
·           Pembesaran hati (hepatomegali)
·           Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80mmHg atau lebih rendah
·           Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya nafsu makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
b.      Diagnose laboratories
·           Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan trombosit hingga 100.000/mmHg
·           Hemokonsentrasi, meningkatnya hemotokrit sebanyak 20% atau lebih
(Resti, 2014)

F.       Pemeriksaan diagnostic
a.      Darah lengakap
·           Leukpenia pada hari ke 2-3
·           Trombositopenia dan hemokonsentrasi
·           Masa pembekuan normal
·           Masa pedarahan memanjang
·           Penurunan factor II, V, VII, IX, dan XII
b.      Kimia darah
·           Hipoproteinemia, hiponatriam, hipodorumia
·           SGOT/SGPT meningkat
·           Umum meningkat
·           pH darah meningkat
c.       Urinalis
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
d.      Uji sum-sum tulang
Pada awal sakit biasanya hipaseluler kemudian menjadi hiperseluler
 (Doenges, 2000)

G.      Penatalaksanaan
  1. Tirah baring
  2. Pemberian makanan lunak .
  3. Pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
  1. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,
  2. Anti konvulsi jika terjadi kejang
  3. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
  4. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
  5. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
9.      Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari

H.      Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a.              Perdarahan luas.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
b.             Shock atau renjatan.
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
c.              Effuse pleura
d.             Penurunan kesadaran.
(Resti, 2014)

I.         Asuhan Keperawatan
1.             Pengkajian
a.       Identitas
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indicator terjadinya DHF
b.      Riwayat kesehatan
·           Keluhan utama
Panas
·           Riwayat kesehatan sekarang
Panas tinggi, nyeri otot, dan pegal, ruam, malaise, muntah, mual, sakit kepala, sakit pada saat menelan, lemah, nyeri pada efigastrik, penurunan nafsu makan,perdarahan spontan.
·           Riwayat kesehatan dahulu
Pernah menderita yang sama atau tidak
·           Riwayat kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dan adanya penyakit herediter (keturunan).
c.       Aktivitas
·           Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, malaise Gangguan pola tidur
·           Sirkulasi
Tanda : perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat Tekanan darah normal/sedikit di bawah jangkauan normal. Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik); lemah/lembut/mudah hilang, takikardia ekstrem (syok), nadi lemah Suara jantung : disritmia dan perkembangan S3 mengakibatkan disfungsi miokard, efek dari asidosis/ketidak seimbangan elektrolit. Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
·           Integritas ego
Tanda : gelisah
·           Eliminasi
Gejala : diare
·           Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, haus, sakit saat menelan Mual,muntah Perubahan berat badan akhir-akhir (meningkat/turun)
Tanda : penurunan berat badan, penurunan massa otot (malnutrisi) Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
·           Hygiene
Tanda : ketidakmapuan mempertahankan perawatan diri Bau badan Lidah kotor
·           Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala Nyeri tekan epigastrik Nyeri pada anggota badan, punggung, sendi
·           Perdarahan
Tanda : perdarahan di bawah kulit (petekie), perdarahan gusi, epistaksis sampai perdarahan yang hebat berpa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, hematuria
d.      Pemeriksaan fisik
·           System pernapasan
Sesak, epistaksia, napas dangkal, pergerakan dinding dada, perkusi, auskultasi
·           System cardivaskular
ü  Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni.
ü  Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia), penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari.
ü  Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
·           System neurologi
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS
·           System perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah
·           System pencernaan
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa diserta dengan ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat muntah darah (hematemesis), berak darah (melena).
·           System integument
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam makulopapular, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan dibawah kulit (petikie), pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
e.       Pemeriksaan penunjang
·           Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai
1.        Ig.G dengue positif
2.        Trombositopenia
3.        Hemoglobin meningkat
4.        Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
5.        Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
ü  hipoproteinemia
ü  hiponatremia dan
ü  hipokalemia
Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia, peningkatan limposit, monosit dan basofil
1.        SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
2.        Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
3.        Waktu pendarahan memanjang
4.        Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik: PCO2 < 35 – 40 mm Hg, HCO3 rendah
·           Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen pada pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam dan masa penyembuhan (104 minggu setelah awal gejala penyakit ) untuk pemeriksaan serologi ini di ambil darah vena 2 – 5 ml.
Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di jumpai pleural effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali

2.             Diagnosa Keperawatan
a.         Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
b.         Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
c.         Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
d.        Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia , mual dan muntah.
e.         Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
f.          Resiko syok berhubungan dengan hipovilemik
g.          Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
h.         Defisiensi pengetahuan berhubungan degan kurang familier dengan sumber informasi.

3.             Intervensi keperawatan

No
Diagnose keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil
{ NOC }
Intervensi
{ NIC }
Rasional
1.   
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, pasien akan :
·     Menunjukkan suhu tubuh dalam rentang normal.
·     TTV normal.

Fever Treatment :
·         Observasi tanda-tanda vital tiap 3  jam.
·         Beri kompres hangat pada bagian lipatan tubuh ( Paha dan aksila ).
·         Monitor intake dan output
·         Berikan obat anti piretik.





Temperature Regulation
·         Beri banyak minum ( ± 1-1,5 liter/hari) sedikit tapi sering
·         Ganti pakaian klien dengan bahan tipis menyerap keringat.



·         Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
·         Kompres hangat dapat mengembalikan suhu normal memperlancar sirkulasi.
·         Untuk mengetahui adanya ketidakseimbangan cairan tubuh.
·         Dapat menurunkan demam


·         Peningkatan suhu tubuh akan menyebabkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
·         Pakaian yang tipis menyerap keringat dan membantu mengurangi penguapan tubuh akibat dari peningkatan suhu dan dapat terjadi konduksi.
2.   
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, pasien akan :
·     Menunjukkan keseimbangan elektrolit dan asam basa
·     Menunjukkan keseimbangan cairan
·     Turgor kulit baik
·     Tanda-tanda vital dalam batas normal
Fluid Managemen
·         Kaji keadaan umum klien dan tanda-tanda vital.
·         Kaji input dan output cairan.
·         Observasi adanya tanda-tanda syok
·         Anjurkan klien untuk banyak minum.
·         Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan I.V.

·         Mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya.
·         Mengetahui balance cairan dan elektrolit dalam tubuh/homeostatis.
·         Agar dapat segera dilakukan tindakan jika terjadi syok.
·         Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh
·         Pemberian cairan I.V sangat penting bagi klien yang mengalami deficit volume cairan untuk memenuhi kebutuhan cairan klien.
3.   
Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, pasien akan :
·     Dapat mengontrol nyeri
·     Mengetahui tingkat nyeri
·     Ekspresi wajah rileks.
Pain management
·         Lakukan pengkajian nyeri secara kompherensif.
·         Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri.
·         Berikan posisi yang nyaman dan ciptakan suasana ruangan yang tenang.
·         Berikan suasana  gembira bagi pasien








Analgetic administration
·         Berikan analgesik sesuai tipe dan beratnya nyeri .

·         Mengetahui nyeri yang dialami pasien sehingga perawat dapat menentukan cara mengatasinya.
·         Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah klien.
·         Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang dapat membuat perasaan yang nyaman pada pasien.
·         Dengan suasana gembira pasien dapat sedikit mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri.


·         Obat analgesik dapat menekankan rasa nyeri.
4.   
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia , mual dan muntah.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, pasien akan :
·     Menunjukkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
·     Memperlihatkan adanya selera makan
Nutrition managemen
·         Kaji keadaan umum klien
·         Beri makanan sesuai kebutuhan tubuh klien.
·         Anjurkan orang tua klien untuk memberi makanan sedikit tapi sering.
·         Anjurkan orang tua klien memberi makanan TKTP dalam bentuk lunak



Nutrition Monitoring
·         Timbang berat badan klien tiap hari.
·         Monitor mual dan muntah pasien


·         Memudahkan untuk intervensi selanjutnya
·         Merangsang nafsu makan klien sehingga klien mau makan.
·         Makanan dalam porsi kecil tapi sering memudahkan organ pencernaan dalam metabolisme.
·         Makanan dengan komposisi TKTP berfungsi membantu mempercepat proses penyembuhan.

·         Berat badan merupakan salah satu indicator pemenuhan nutrisi berhasil.
·         Untuk mengetahui status nutrisi pasien.
5.   
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, pasien akan :
·     Dapat berpartisipasi dalam aktivitas fisik
·     Dapat melakukan aktivitas sehari-hari
·     TTV normal

Activity Therapy
·         Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien.
·         Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan tingkat keterbatasan klien
·         Beri penjelasan tentang hal-hal yang dapat membantu dan meningkatkan kekuatan fisik klien.
·         Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL klien
·         Jelaskan pada keluarga dan klien tentang pentingnya bedrest ditempat tidur.

·         Mengetahui tingkat ketergantungan klien dalam memenuhi kebutuhannya.
·         Bantuan sangat diperlukan klien pada saat kondisinya lemah dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari tanpa mengalami ketergantungan pada orang lain.
·         Dengan penjelasan, pasien termotivasi untuk kooperatif selama perawatan terutama terhadap tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan fisiknya.
·         Keluarga merupakan orang terdekat dengan klien
·         Untuk mencegah terjadinya keadaan yang lebih parah
6.   
Resiko syok berhubungan dengan hipovilemik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, pasien akan :
·     TTV dalam batas normal
·     Natrium serum, kalium serum, kalsium serum, magnesium serum dalam batas normal.
·     Hematokrit dalam batas normal 
Syok prevention
·         Monitor keadaan umum klien.
·         Observasi tanda-tanda vital
·         Monitor input dan output pasien
·         Anjurkan pada pasien/ keluarga untuk segera melapor jika ada tanda­-tanda perdarahan.














Syok managemen
·         Cek hemoglobin, hematokrit, trombosit
·         Monitor gas darah dan oksigenasi

·         Memantau kondisi klien selama masa perawatan terutama saat terjadi perdarahan sehingga tanda pra syok, syok dapat ditangani.
·         Tanda vital dalam batas normal menandakan keadaan umum klien baik
·         Mengetahui balance cairan dan elektrolit dalam
·         Keterlibatan keluarga untuk segera melaporkan jika terjadi perdarahan terhadap pasien sangat membantu tim perawatan untuk segera melakukan tindakan yang tepat



·         untuk acuan melakukan tindak lanjut terhadap perdarahan.
·         Untuk mengetahui adanya asodosis metabolik.
7.   
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, pasien akan :
·     Mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
·     TTV normal
·     Menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
Anxiety Reduction
·         Kaji tingkat kecemasan
·         Jelaskan prosedur pengobatan perawatan.
·         Beri kesempatan pada orang tua untuk bertanya tentang kondisi pasien.
·         Beri penjelasan tiap prosedur/ tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien dan manfaatnya bagi pasien
·         Beri dorongan spiritual.

·         Mengetahui kecemasan orang tua klien dan memudahkan menentukan intervensi selanjutnya.
·         Untuk menambah pengetahuan dan informasi kepada klien yang dapat mengurangi kecemasan orang tua.
·         Untuk memperoleh informasi yang lebih banyak dan meningkatkan pengetahuan dan mengurangi stress.
·         Memberikan penjelasan tentang proses penyakit, menjelaskan tentang kemungkinan pemberian perawatan intensif jika memang diperlukan oleh pasien untuk mendapatkan perawatan yang lebih optimal
·         Memberi ketenangan kepada klien dengan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
8.   
Defisiensi  pengetahuan berhubungan degan kurang familier dengan sumber informasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, pasien akan :
·     Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit , kondisi , prognosisdan program pengobatan
·     Mampu melaksanakan yang dijelaskan secara benar
Teaching: Disease Proses
·         Kaji tingkat pengetahuan klien/keluarga tentang penyakit DHF
·         Kaji latar belakang pendidikan klien/ keluarga.
·         Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan pada klien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
·         Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya pada klien.
·         Berikan kesempatan pada klien/ keluarga untuk menanyakan hal-hal yang ingin diketahui sehubungan dengan penyakit yang diderita klien.


·         Sebagai data fdasar pemberian informasi selanjutnya.
·         Untuk memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat pendidikan klien/ keluarga sehingga dapat dipahami.
·         agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.
·         Dengan mengetahui prosedur / tindakan yang akan dilakukan dan manfaatnya, klien akan kooperatif dan kecemasannya menurun.
·         Mengurangi kecemasan dan memotivasi klien untuk kooperatif.




Daftar Pustaka


Doenges, E. M. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Judith, M. W., & Nancy, R. A. (2012). Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin, H. K., & Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC. Jakarta: Medi Action Publishing.
PADILA. (2012). Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta: Nuha Medika.
Resti. (2014, September). Asuhan Keperawatan DHF. Retrieved Desember 27, 2015, from Tersemangat: http://www.tersemangat.com/2014/09/laporan-pendahuluan-dengue-hemoragic.html
Smeltzer, & Suzanne, C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (8 ed.). Jakarta: EGC.










* 



*