Iskemik
Miokard
TINJAUAN
TEORITIS
A.
KONSEP DASAR MEDIS
1.
Anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot.
Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai
otot polos yaitu di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom)
(Syarifudin 1996, hal 65).
Sistem kardiovaskuler terdiri dari arteri, vena,
kapiler, saluran limfe, jantung dan siklus jantung.
a.
Arteri
Merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah ke seluruh bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastis dan terdiri dari 3 lapisan yaitu :
Merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah ke seluruh bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastis dan terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1.
Tunika intima/interna. Lapisan yang paling dalam
sekali yang berhubungan dengan darah dan terdiri dari jaringan endotel
2.
Tunika media. Lapisan yang terdiri dari jaringan otot
yang sifatnya elastis dan termasuk otot polos.
3.
Tunika eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar
sekali terdiri dari jaringan ikat gembur yang berguna menguatkan dinding
arteri.
b.
Vena
Merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari
bagian atau alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Vena-vena yang ukurannya
besar diantaranya vena kava dan vena pulmonalis, vena-vena ini juga mempunyai
cabang-cabang yang lebih kecil yang disebut venolus yang selanjutnya menjadi
kapiler.
c.
Kapiler
Merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Diameternya kira-kira 0,008 mm. dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel.
Merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Diameternya kira-kira 0,008 mm. dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel.
Fungsi kapiler :
a.
Alat penghubung antara arteri dan vena
b.
Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan
cairan jaringan
c.
Mengambil hasil-hasil dari kelenjar
d.
Menyerap zat makanan yang terdapat di usus
e.
Menyaring darah yang terdapat di ginjal
d.
Saluran limfe
Saluran limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan
kembali cairan limfe ke dalam darah yang keluar melalui dinding kapiler halus
untuk membersihkan jaringan.
e.
Jantung
1.
Bentuk
Menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul
disebut basis cordis, sebelah bawah agak runcing disebut apeks cordis.
2.
Letak
Dalam rongga dada sebelah depan (cavum mediastinum
anterior) antara costa 5 dan 6, dua jari di sebelah papila mamae, pada tempat ini
teraba adanya pukulan jantung yang disebut iktus cordis.
3.
Lapisan-lapisan
jantung
·
Endokardium merupakan lapisan otot jantung sebelah
dalam terdiri dari jaringan endotel dan selaput lendir yang melapisi permukaan
rongga jantung
·
Miokardium merupakan lapisan tengah dari jantung
terdiri dari bundalan-bundalan otot-otot jantung, otot atria, otot ventrikuler
·
Perikardium merupakan pembungkus jantung selaput
parietal dan viseral di bagian paling luar dan selaput viseral yang berhubungan
dengan otot jantung
4.
Gerakan-gerakan jantung
Jantung bergerak mengembang dan menguncup disebabkan
adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom.
Dalam kerja jantung mempunyai tiga periode :
a.
Periode kontraksi atau periode sistole
b.
Periode dilatasi atau periode diastole
c.
Periode istirahat
5.
Siklus jantung
Merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama
peredaran darah, gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu : kontraksi
(sistole) dan peredaran (diastole). Kontraksi dari kedua atrium terjadi secara
serentak yang disebut sistole atrial dan pengendorannya disebut diastole
atrial. Lama kontriksi ventrikel kurang lebih 0,3 detik. Kontraksi kedua atrium
pendek, sedangkan kontriksi ventrikel lama dan lebih kuat, karena harus
mendorong darah ke seluruh tubuh. Untuk mempertahankan tekanan darah sistemik,
ventrikel kanan juga memompakan darah yang sama, tapi tugasnya hanya
mengalirkan darah ke sekitar paru-paru dimana tekanannya lebih rendah.
6.
Debaran jantung
Merupakan pukulan ventrikel kiri terhadap dinding
anterior yang terjadi selama kontriksi ventrikel dan debaran ini dapat diraba
dan sering terlihat pada ruang interkostalis kelima kira-kira 4 cm dari garis
sternum. Otot jantung mempunyai ciri-ciri yang khas, kemampuan berkontraksi
otot jantung sewaktu sistole maupun diastole tidak tergantung pada rangsangan
saraf. Konjungtivitas (daya hantar) kontraksi melalui setiap serabut otot
jantung secara halus sekali dan sangat jelas dalam berkas his, ritme, karotis,
arteri pulpliteal, dorsal plantaris. Yang merupakan gelombang tekanan yang
dialihkan dari aorta ke arteri yang merambat lebih cepat, kecepatan denyut
jantung dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh pekerjaan, makanan, emosi, cara
hidup, dan umur.
7.
Daya pompa jantung
Dalam keadaan istirahat jantung berdebar 70 kali per
menit. Pada waktu banyak pergerakan, kecepatan jantung bisa mencapai 150 kali
per menit dengan gaya pompa 20-25 liter per menit.
8.
Katup-katup jantung
a.
Katup trikuspidalis
b.
Katup bikuspidalis
c.
Katup seminalis arteri pulmonalis
d.
Katup seminalis aorta
9.
Sirkulasi darah
Pembuluh darah pada peredaran darah kecil, terdiri
dari :
a.
Arteri pulmonalis merupakan pembuluh darah yang keluar
dari ventrikel dextra menuju paru-paru yang berisi CO2.
b.
Vena pulmonalis merupakan vena yang membawa darah dari
paru-paru masuk ke jantung bagian atrium sinistra berisi darah banyak
mengandung O2 yang akan dikeluarkan ke seluruh tubuh.
2.
Pengertian
Iskemik miokard adalah suatu keadaan
terjadinya sumbatan aliran darah yang berlangsung progresif, dan suplai darah
yang tidak adekuat yang ditimbulkannya akan membuat sel-sel otot kekurangan
komponen darah yang dibutuhkan untuk hidup (Smeltzer & Bare, 2001).
Iskemia myocardial merupakan
peristiwa kejang koroner yang didasari oleh mekanisme sliding myocontractile
element di dalam sel-sel otot pembuluh darah koroner dan mengakibatkan
terganggunya keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan oksigen miokardium
(Ibnu Masud, 1996).
Iskemik miokard merupakan proses
penurunan aliran darah arteri, sehingga kebutuhan nutrien jaringan miokard bertambah
(Hudak & Gallo, 1997).
Iskemia adalah suatu keadaan
kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan reversibel (Price &
Wilson,1995).
3.
Etiologi
Penyebab yang paling sering pada
iskemik miokard adalah terjadi gangguan suplai darah dan terdapat penyumbatan
aliran darah sehingga darah kekurangan suplai oksigen, kebutuhan oksigen yang
melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh yang terserang penyakit
menyebabkan iskemia miokardium lokal, selain faktor dari suplai darah lemah,
masih banyak faktor penyebab yang memperberat penyakit ini, diantaranya adalah
:
a.
Riwayat keluarga positif
b.
Peningkatan usia
c.
Jenis kelamin --- terjadi tiga kali lebih sering pada
pria dibanding wanita
d.
Kolesterol darah tinggi
e.
Tekanan darah tinggi
f.
Merokok
g.
Gula darah tinggi (diabetes mellitus)
h.
Obesitas
i.
Inaktivitas fisik
j.
Stress
k.
Penggunaan kontrasepsi oral
l.
Kepribadian, seperti sangat kompetitif, agresif atau
ambisius
(Smeltzer & Bare, 2001)
4.
Patofisiologi
Kebutuhan akan oksigen yang melebihi
kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh yang terserang penyakit menyebabkan
iskemik miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan
perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan, dan menekan fungsi
miokardium. Berkurangnya kadar oksigen memaksa miokardium mengubah metabolisme
yang bersifat aerobik menjadi metabolisme anaerobik. Metabolisme anaerobik
lewat lintasan glikolitik jauh lebih tidak efisien apabila dibandingkan dengan
metabolisme aerobik melalui fosforilasi oksidatif dan siklus krebs. Hasil akhir
metabolisme anaerob, yaitu asam laktat akan tertimbun sehingga menurun pH sel.
Gabungan efek hipoksia, berkurangnya
energi yang tersedia, serta asidosis dengan cepat mengganggu fungsi ventrikel
kiri. Kekuatan kontraksi daerah miokardium yang terserang berkurang.
Serabut-serabutnya memendek, dan daya serta kecepatannya berkurang. Selain itu
gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi abnormal ; bagian
tersebut akan menonjol keluar setiap kali ventrikel berkontraksi.
Berkurangnya daya kontraksi dan
gangguan gerakan jantung mengubah hemodinamika. Perubahan hemodinamika
bervariasi sesuai ukuran segmen yang mengalami iskemia, dan derajat respon
refleks kompensasi sistem saraf otonom. Menurunnya fungsi ventrikel kiri dapat
mengurangi curah jantung dengan berkurangnya curah sekuncup (jumlah darah yang
dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut). Berkurangnya pengosongan ventrikel
saat sistole akan memperbesar volume ventrikel. Akibatnya tekanan jantung kiri
akan meningkat, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan bagi dalam
kapiler paru-paru akan meningkat. Peningkatan tekanan diperbesar oleh perubahan
daya kembang dinding jantung akibat iskemia. Dinding yang kurang lentur semakin
memperberat peningkatan tekanan pada volume ventrikel tertentu.
Angina pektoris adalah nyeri dada
yang menyertai iskemia miokard. Reseptor saraf nyeri terangsang oleh metabolik
yang tertimbun oleh suatu zat kimia antara yang belum diketahui, atau oleh
stress mekanik lokal akibat kontraksi miokardium yang abnormal.
(Price & Wilson, 1995)
5.
Manifestasi klinik
a.
Nyeri dada seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk,
ditindih atau tertimpa barang berat (paling sering).
b.
Perasaan mual, muntah, sesak dan pusing.
c.
Keringat dingin dan berdebar-debar.
d.
Kulit yang pucat dan dingin.
e.
Peningkatan ringan tekanan darah dan denyut nadi.
6.
Pemeriksaan Diagnostik
a.
EKG (Elektrokardiogram) menunjukkan dua perubahan
elektrokardiogram akibat perubahan elektrofisiologi selular yaitu gelombang T
terbalik dan depresi segmen ST.
b.
Enzim-enzim jantung ; kreatikinase (CK), laktat
dehidrogenase (LDH), dan transaminase oksaloasetat glutamik serum (SGOT)
c.
Ekokardiogram ; menentukan dimensi serambi, gerakan
katup/dinding ventrikuler dan konfigurasi/fungsi katup.
d.
Foto dada ; mungkin normal atau menunjukkan pembesaran
jantung.
7.
Penatalaksanaan Medis
a.
Tirah baring, guna mengurangi kebutuhan oksigen,
hilangnya nyeri merupakan indikator bahwa kebutuhan dan suplai telah mencapai
keseimbangan.
b.
Diet makanan lunak, serta rendah garam, rendah lemak
c.
Pemberian oksigen 2-4 liter per menit
d.
Sedatif sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg per oral
e.
Atasi nyeri :
·
Morfin 2,5 – 5 mg IV atau pethidine 25-50 mg IM
·
Lain-lain : nitrat, antagonis kalsium, dan betablocker
f.
Anti koagulan :
·
Heparin 20.000 – 40.000 u / 24 jam IV tiap 4-6 jam
atau drip IV dilakukan atas indikasi
·
Diteruskan asefakumarol atau warfarin.
·
Aspilet 81 mg QD.
g.
Trombolitik (streptokinase) ; melarutkan setiap
trombus yang telah terbentuk di arteri koroner, memperkecil penyumbatan dan
luasnya infark.
8.
Komplikasi
a.
Infark miokard
Terjadi nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah
ke otot jantung infark merupakan kelanjutan dari iskemik yang berlangsung lama.
Jaringan miokard nekrotik tidak dapat hidup kembali. Area di sekitar jaringan
mati adalah zona jaringan iskemik yang mengalami sedikit kerusakan, masih hidup
pada aliran darah yang sangat terganggu.
b.
Edema paru akut
Kongesti paru akut terjadi bila dasar vaskuler baru
menerima darah yang berlebihan dari ventrikel kanan, yang tidak mampu
diakomodasi dan diambil oleh jantung kiri. Sedikit ketidakseimbangan antara
aliran masuk pada sisi kanan dan aliran keluar pada sisi kiri jantung tersebut
mengakibatkan konsekwensi yang berat.
c.
Gagal jantung kongestif
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi
gangguan kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung
paling baik dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV dimana curah jantung (CO :
Cardiac Output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR : Heart Rate) x volume
sekuncup (SV : Stroke Volume). Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf
otonom bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat
frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi
ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume
sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah
jantung.
d.
Disritmia
Disritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau irama atau keduanya. Disritmia adalah gangguan mekanisme hantaran yang mungkin dapat terjadi meliputi bradikardi, takikardi, flutter fibrilasi, denyut premature, dan penyakit jantung.
Disritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau irama atau keduanya. Disritmia adalah gangguan mekanisme hantaran yang mungkin dapat terjadi meliputi bradikardi, takikardi, flutter fibrilasi, denyut premature, dan penyakit jantung.
B.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Proses
keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai pendekatan problem solving (pemecahan
masalah) yang memerlukan ilmu, tehnik, dan ketrampilan interpersonal dan
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien atau keluarga dengan memberikan asuhan
keperawatannya sesuai dengan lima tahap proses keperawatan, yaitu : pengkajian,
perumusan diagnosa, perencanaaan, pelaksanaaan, dan evaluasi (Nursalam, 2001).
1.
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber dan untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan cara anamnesa yang diperoleh dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, serta mempelajari status klien.
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber dan untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan cara anamnesa yang diperoleh dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, serta mempelajari status klien.
Ada dua tipe data pada pengkajian yaitu ; data
subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari
keluhan yang dirasakan pasien atau keluarga. Data objektif adalah data yang
diperoleh dari data pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan.
Setelah pengumpulan data langkah berikutnya dalam
pengkajian adalah pengelompokan data yang terdiri atas data fisiologis,
psikologis, sosial, dan spiritual (PPNI, 1994)
Untuk penyakit iskemik miokard, pengkajian yang
dilakukan meliputi :
a.
Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tanggal
lahir, nama penanggung jawab, pekerjaan dan pendidikan, status, agama,
suku/bangsa.
b.
Riwayat kesehatan :
1.
Keluhan utama
Pada umumnya klien dengan iskemik miokard datang
dengan keluhan nyeri dada, sesak, berdebar-debar, keringat dingin dan pusing
2.
Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita
oleh keluarga, kemungkinan ada yang terkena penyakit yang sama.
3.
Riwayat penyakit sekarang
Keluhan-keluhan yang dialami klien saat dilakukan
pengkajian
4.
Riwayat kesehatan masa lalu
Hal ini penting untuk memaparkan masalah klien yang
mungkin dapat menyebabkan bertambah beratnya penyakit seperti : merokok,
hipertensi, DM, alkohol atau penggunaan obat-obatan.
c.
Pemeriksaan fisik
1.
Tanda-tanda vital
Adanya peningkatan tekanan darah, denyut nadi, serta
pernafasan.
2.
Keadaan umum klien
Mula-mula nyeri dada sampai sesak berat yang disertai
kelemahan fisik
3.
Sistem pernafasan
Mengeluh sesak, dada berdebar-debar. Ada tidaknya
nyeri dada, beratnya nyeri dengan skala 0-10, dimana 0 tidak ada nyeri dan 10
terasa nyeri paling berat.
4.
Frekuensi dan irama jantung
Frekuensi jantung naik atau terjadi penurunan, adanya
irama sinus, dan timbulnya awitan disritmia.
5.
Bunyi jantung
Adanya bunyi S3 dan S4 merupakan tanda awal gagal ventrikel
kiri, adanya bunyi murmur jantung menandakan adanya perubahan fungsi otot
miokard.
6.
Warna kulit dan suhu
Kulit dingin, lembab atau berkeringat dingin merupakan
tanda kesulitan mempertahankan kebutuhan oksigen.
7.
Gastrointestinal
Adanya mual dan muntah, perubahan bising usus dan
nyeri tekan pada keempat kuadran, ada tidaknya flatus dan BAB juga sebagai
tanda tidak adanya motoilitas usus.
8.
Status volume cairan
Berkurangnya haluaran urine, cairan yang seimbang akan
lebih baik, karena klien dengan iskemik miokard harus menghindari kelebihan
volume cairan.
9.
Pola koping
Bagaimana klien menghadapi masalah, khususnya
bagaimana menghadapi keadaan klien saat ini dengan penyakit yang dideritanya.
10.
Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana pendapat klien tentang dirinya, lihat ekspresi
klien apakah terlihat cemas.
11.
Pola peran dan hubungan dengan sesama
Bagaimana peran klien dalam keluarga, masyarakat, dan
lingkungan. Lihat apakah klien mau bekerja sama dalam tindakan keperawatan
maupun tindakan medis.
12.
Pola interaksi sosial
Kaji stress, kesulitan istirahat dengan tenang, respon
emosi (marah terus menerus, takut).
2.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan informasi secara pasti
untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah.
(Nursalam dikutip dari Carpenito, 2000 hal 35).
Diagnosa keperawatan adalah masalah aktual dan
potensial dimana berdasarkan pendidikan dan pengalaman dia mampu dan mempunyai
kewenangan, memberikan tindakan keperawatan. (Nursalam dikutip dari Gordon,
1976 hal 25)
Iskemik miokard mungkin menyebabkan interaksi fungsi
normal dari sistem tubuh yang dipengaruhi. Berdasarkan data pengkajian diagnosa
keperawatan pasien yang utama yang berhubungan dengan iskemik miokard meliputi
; sesuai teori, bukan asuhan keperawatan.
1.
Nyeri dada berhubungan dengan berkurangnya aliran
darah koroner.
2.
Potensial pola pernafasan tidak efektif berhubungan
dengan cairan berlebihan.
3.
Cemas berhubungan dengan takut akan kematian (Smeltzer
& Bare, 2001)
4.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan kebutuhan.
5.
Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
otot infark, kerusakan struktural.
6.
Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan aliran darah.
7.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit.
3.
Perencanaan
Dalam menentukan perencanaan perlu menyusun suatu
sistem untuk menentukan diagnosa yang akan diambil tindakan pertama kali. Salah
satu sistem yang bisa digunakan adalah hirarki kebutuhan manusia “Iyer et al,
1996” (Nursalam, 2001 hal 52). Perencanaan meliputi pengembangan strategi untuk
mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang akan diidentifikasi
pada diagnosa kutipan dari Fiyer ,Laptik, dan Bernocchi, 1996 (Nursalam, 2001
hal 51) dalam pengaturan prioritas, perencanaan ada dua hirarki yang bisa
digunakan :
a.
Hirarki Maslow
Maslow menjelaskan kebutuhan manusia dibagi dalam lima
tahap : fisiologi, rasa aman, dan nyamana, sosial, harga diri dan aktualitas
diri. Maslow mengatakan bahwa klien memerlukan suatu tahapan kebutuhan, jika
klien menghendaki suatu tindakan yang memuaskan. Dengan kata lain kebutuhan
fisiologis biasanya sebagai prioritas utama bagi klien daripada kebutuhan lain
(Nursalam, 2001 hal 52).
Dimana Maslow menggambarkan dengan skema piramida yang menunjukkan bagaimana seseorang bergerak dari pemenuhan kebutuhan dasar dari tingkat kebutuhan yang lebih tinggi dengan tujuan akhir adalah fungsi dan kesehatan manusia yang terintegrasi.
Dimana Maslow menggambarkan dengan skema piramida yang menunjukkan bagaimana seseorang bergerak dari pemenuhan kebutuhan dasar dari tingkat kebutuhan yang lebih tinggi dengan tujuan akhir adalah fungsi dan kesehatan manusia yang terintegrasi.
b.
Hirarki “Kalish”
Kalish 1983 lebih menjelaskan kebutuhan Maslow dengan
membagi kebutuhan fisiologi menjadi kebutuhan untuk “bertahan dan stimulasi”
Kalish mengidentifikasi kebutuhan untuk mempertahankan hidup : udara, air,
temperatur, eliminasi, istirahat dan menghindari nyeri, jika terdapat
kekurangan kebutuhan tersebut, klien cenderung menggunakan prasarana untuk
memuaskan kebutuhan tertentu, hanya saja mereka akan mempertimbangkan terlebih
dahulu kebutuhan yang paling tinggi prioritasnya, misalnya keamanan dan harga
diri. Dikutip dari Iyer et at, 1996 (Nursalam, 2001 hal 53).
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang sering muncul
pada klien dengan iskemik miokard maka rencana keperawatan yang dapat
dirumuskan adalah :
1.
Nyeri dada berhubungan dengan berkurangnya aliran
darah koroner.
Tujuan : nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria hasil :
·
Klien menyatakan nyeri dada hilang/terkontrol
·
Klien dapat menggunakan tehnik relaksasi
·
Klien mengatakan skala nyeri 1-2
Intervensi :
a.
Kaji karakteristik nyeri, catat perubahan respon
verbal dan non verbal
Rasional : Variasi penampilan dan perilaku pasien
karena
nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian
nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian
b.
Kaji skala nyeri 0-10, lamanya, kualitas dan
penyebaran
Rasional : Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan
harus
digambarkan oleh klien
digambarkan oleh klien
c.
Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, misal ; nafas
dalam
Rasional : Membantu dalam penurunan persepsi/respon
nyeri
d.
Berikan lingkungan tenang, aktivitas perlahan
Rasional : Menurunkan rangsangan eksternal dimana
anxietas dan
regangan jantung membuat keputusan situasi saat ini.
regangan jantung membuat keputusan situasi saat ini.
e.
Kolaborasi dokter tentang pemberian obat anti nyeri,
contoh ; aspilet, cedocard, betablock, dan lain-lain.
(Smeltzer & Bare, 2001 hal 796)
2.
Potensial pola pernafasan tidak efektif berhubungan
dengan cairan berlebihan.
Tujuan : pola pernafasan tidak terganggu
Kriteria hasil :
·
Keseimbangan cairan dibuktikan dengan tekanan darah
DBN
·
Pola nafas efektif
Intervensi :
a.
Kaji pola pernafasan dan kedalamannya
Rasional : Kecepatan dan upaya mungkin meningkat
karena nyeri,
takut, demam
takut, demam
b.
Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Bunyi nafas sering menurun pada dasar paru
selama
periode nyeri
periode nyeri
c.
Lihat kulit dan membran mukosa untuk adanya sianosis
Rasional : Sianosis bibir, kuku, atau daun telinga
atau keabu-abuan umum menunjukkan kondisi hipoksia sehubungan
dengan gagal jantung atau komplikasi paru.
d.
Berikan posisi semi Fowler
Rasional : Merangsang fungsi pernafasan/ekspansi paru
e.
Kolaborasi Berikan
tambahan oksigen dengan kanula sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru
untuk
kebutuhan sirkulasi
kebutuhan sirkulasi
(Doenges, 2000 hal 124-125)
3.
Cemas berhubungan dengan takut akan kematian
Tujuan : cemas berkurang sampai teratasi
Kriteria hasil :
·
klien mengatakan menerima keadaannya
·
klien menyatakan cemas berkurang
Intervensi :
a.
Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap
ancaman atau situasi
Rasional : Koping terhadap nyeri dan trauma emosi karena
iskemik miokard sulit
b.
Mempertahankan rasa percaya klien dengan perawat
Rasional : Penjelasan yang jujur dapat menghilangkan
kecemasan
c.
Berikan informasi konsisten ; ulangi sesuai indikasi
Rasional : Informasi yang tepat tentang situasi
menurunkan takut
d.
Berikan istirahat/tidur dengan lingkungan tenang
Rasional : Penyimpanan energi dan meningkatkan
kemampuan koping
4.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan kebutuhan
Tujuan : dapat melakukan perawatan diri secara mandiri
Kriteria hasil :
·
dapat berjalan sendiri ke kamar mandi/WC
·
tanda-tanda vital dalam batas normal
·
saat beraktivitas tidak mengeluh sesak
Intervensi :
a.
Kaji frekuensi jantung, irama, dan perubahan tekanan
darah sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional : Kecenderungan menentukan pasien terhadap aktivitas
dan dapat mengidentifikasi penurunan oksigen miokard
b.
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas pada dasar
nyeri
Rasional : Menurunkan kerja miokardium / konsumsi
oksigen, menurunkan resiko komplikasi
c.
Anjurkan klien menghindari peningkatan tekanan
abdomen, contoh ; mengejan saat defekasi
Rasional : Aktivitas yang perlu menahan nafas dan
menunduk dapat mengakibatkan bradikardi, juga menurunkan curah jantung.
(Smeltzer & Bare, 2001 hal 796)
5.
Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan
dengan otot infark, kerusakan struktural
Tujuan : penurunan curah jantung tidak terjadi
Kriteria hasil :
·
klien dapat istirahat dengan cukup
·
nadi teraba kuat
·
kulit teraba hangat
Intervensi :
a.
Pantau dan auskultasi tekanan darah
Rasional : Hipotensi dapat terjadi berhubungan dengan
disfungsi ventrikel.
disfungsi ventrikel.
b.
Kaji perubahan sensori
Rasional : Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi cerebral
sekunder terhadap penurunan curah jantung
c.
Atur posisi semi Fowler
Rasional : Memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan
memudahkan ekspansi paru
d.
Menganjurkan klien makan makanan yang lunak, misal ;
bubur, roti, dan batasi asupan kafein ; kopi, coklat, cola
Rasional : Makanan keras dapat meningkatkan kerja
miokard dan menyebabkan bradikardi. Kafein
adalah perangsang langsung
pada jantung yang dapat meningkatkan frekuensi jantung
(Doenges, 2000, hal 91-92)
6.
Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan aliran darah.
Tujuan : mempertahankan perfusi jaringan adekuat
Kriteria hasil :
·
kulit hangat, kering, nadi perifer teraba kuat
·
sadar penuh dan berorientasi
·
keseimbangan masukan dan haluaran
Intervensi :
a.
Kaji kekuatan nadi perifer dan observasi pucat,
sianosis, kulit dingin, lembab
Rasional : Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh
penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi
kulit dan penurunan nadi
b.
Pantau pernafasan.
Rasional : Pompa jantung gagal dapat mencetuskan
distres Pernafasan.
c.
Kaji fungsi gastrointestinal, penurunan / tidak ada
bising usus, konstipasi, mual muntah.
Rasional : Penurunan aliran darah ke mesentri dapat mengakibatkan
disfungsi gastrointestinal ; kehilangan peristaltik.
(Doenges, 2000 hal 93)
7.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit.
Tujuan : kebutuhan pengetahuan teratasi.
Kriteria hasil :
·
klien mampu menyebutkan tentang penyakit yang
dideritanya
·
klien memutuskan untuk mencoba mengubah pola hidup
buruk
Intervensi :
a.
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga.
Rasional : Belajar lebih mudah bila dimulai dari
pengetahuan peserta belajar.
b.
Berikan penjelasan kepada klien tentang proses
penyakit.
Rasional : Informasi menurunkan cemas dan rangsangan
simpatis.
c.
Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang
pengobatan serta pencegahan supaya menurunkan kekambuhan, serta berikan waktu
untuk klien dan keluarga bertanya.
Rasional : Pertanyaan dan diskusi dapat menandakan masalah
yang dapat diklarifikasi.
d.
Dengarkan dengan cermat apa yang dikatakan klien dan
keluarga tentang penyakit yang diderita.
Rasional : Mendengar memungkinkan deteksi dan koreksi terhadap
kesalahpahaman dan kesalahan informasi.
4.
Pelaksanaan
Iyer (1996) mengatakan bahwa pelaksanaan tindakan
keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Pelaksanaan atau implementasi
merupakan aplikasi dari perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal
yang harus kita perhatikan ketika akan melakukan implementasi adalah intervensi
yang dilakukan sesuai dengan rencana. Setelah dilakukan validasi, pengasahan
ketrampilan interpersonal, intelektual, dan psikologi individu. Terakhir
melakukan pendokumentasian keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam,
2001).
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga fase yang harus
dilalui yaitu : persiapan, perencanaan dan dokumentasi (Griffith, 1986),
berikut penjelasannya :
a.
Fase persiapan meliputi :
·
Review antisipasi tindakan keperawatan.
·
Menganalisa pengetahuan dan ketrampilan yang
diperlukan.
·
Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul.
·
Persiapan alat.
·
Persiapan lingkungan yang kondusif.
·
Mengidentifikasi aspek hukum dan etik.
b.
Fase intervensi terdiri atas :
·
Independen : tindakan yang dilakukan oleh perawat
tanpa petunjuk atau perintah dokter atau tim kesehatan lain.
·
Interdependen : tindakan perawat yang memerlukan kerja
sama dengan tim kesehatan lain (gizi, dokter, laboratorium, dan lain-lain).
·
Dependen : berhubungan dengan tindakan medis atau
menandakan dimana tindakan medis dilaksanakan.
·
Fase dokumentasi merupakan suatu catatan lengkap dan
akurat dari tindakan yang telah dilaksanakan. Dalam pelaksanaan tindakan asuhan
keperawatan, pemberi support, pendidik, advokasi, konselor dan pencatatan atau
penghimpun data.
5.
Evaluasi
Evaluasi adalah suatu yang direncanakan dan
dibandingkan yang sistematis pada status kesehatan klien (Griffith dan
Christensen, 1996). Sedangkan Ignatavicius dan Bayne (1994) mengatakan evaluasi
adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses perawatan yag menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai.
Evaluasi terdiri atas dua jenis yaitu : evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif disebut juga evaluasi proses,
evaluasi jangka pendek atau evaluasi berjalan, dimana evaluasi dilakukan sampai
tujuan tercapai, sedangkan evaluasi sumatif bisa disebut juga evaluasi hasil,
evaluasi akhir, evaluasi jangka panjang. Evaluasi ini dilakukan pada akhir
tindakan keperawatan paripurna dan menjadi suatu metode memonitor kualitas dan
efisiensi tindakan yang diberikan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan
format SOAP (Nursalam, 2001).
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan umpan balik
rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui
hasil perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam hal ini penilaian yang diharapkan pada klien dengan
iskemik miokard adalah :
a.
Nyeri berkurang sampai hilang.
b.
Pola pernafasan tidak terganggu.
c.
Cemas berkurang sampai hilang.
d.
Dapat melakukan aktivitas harian.
e.
Penurunan curah jantung tidak terjadi.
f.
Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
g.
Kebutuhan pengetahuan teratasi.
6.
Perencanaan pulang
Penyuluhan yang diberikan pada klien untuk perawatan sendiri
di rumah :
a.
Pengertian dan proses penyakit agar klien tahu tentang
penyakit yang dideritanya dan cepat mendapatkan pertolongan bila timbul hal
yang tiba-tiba dan memperburuk
keadaan.
b.
Menganjurkan untuk istirahat yang cukup dan
menghindari kemarahan ataupun emosional dan mengurangi aktivitas yang
melelahkan, misalnya : mengangkat sesuatu yang berat.
c.
Dianjurkan membatasi konsumsi makanan yang banyak
mengandung natrium/garam, dan makanan yang mengandung kolesterol karena akan
mempengaruhi kerja jantung.
d.
Penyuluhan obat ; minum obat sesuai dosis dan
aturannya.
e.
Batasi masukan cairan, untuk mengurangi asites /
edema.
By Alfreed Richardson
http://fiedz-619.blogspot.com/2011/02/iskemik-miokard.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar